Pola Pemberdayaan Masyarakat Terdampak Penutupan Lokalisasi di Kota Surabaya

Dengan adanya Perda No. 7 Tahun 1999 Tentang Larangan Menggunakan Bangunan atau Tempat Untuk Perbuatan Asusila di Kota Surabaya, hal tersebut menjadikan warga terdampak lokalisasi sebagai sasaran dari program pemberdayaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola pelaksanaan pemberdayaan masyarakat terdampak penutupan lokalisasi di Kota Surabaya khususnya di eks lokalisasi Dolly, eks lokalisasi Moroseneng, dan eks lokalisasi Dupak Bangunsari, serta untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam proses pelaksanaan pemberdayaan. Jenis penelitian ini menggunakan penelitian kepustakaan (library research) dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari data sekunder melalui berbagai macam jurnal, buku, artikel, situs resmi,di internet dan lainnya. Penelitian ini menggunakan analisis data berdasarkan teori Miles dan Huberman yaitu reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan atau verifikasi. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukkan bahwa pola pemberdayaan masyarakat terdampak penutupan lokalisasi di Kota Surabaya melalui tahapan pelaksanaan pemberdayaan masyarakat menurut Randy R Wrihatnolo dan Riant Nugroho Dwidjowijoto (2007) dalam Fitri (2019), diantaranya tahap penyadaran, pengkapasitasan, serta pendayaan. Terdapat berbagai program pemberdayaan di eks lokalisasi melalui beberapa pelatihanpelatihan melalui pendampingan dari pihak Pemerintah Kota Surabaya dan Lembaga Swadaya Masyarakat. Adapun pelatihan tersebut diantaranya pelatihan pembuatan keripik samijali, pembuatan sepatu, pembuatan sambal, pelatihan membatik, dan rumah kreatif. Faktor pendukung dalam program pemberdayaan ini adalah dukungan dari pemerintah dan mitra lain serta fasilitas dan perlengkapan yang memadai. Sedangkan faktor penghambatnya adalah SDM yang belum siap serta keterbatasan kemampuan manajerial.
Kata Kunci : Pemberdayaan, Masyarakat Terdampak, Lokalisasi